Events

Tak Kunjung Kelar, Ini Lima Fakta Terkait Kasus Doping Andrea Iannone

Kasus tersebut tentu sangat mengganggu persiapan dari tim Aprilia.

Galih Priatmojo | Cesar Uji Tawakal

Aleix Espargaro dan Andrea Iannone. (Twitter/@motogp)
Aleix Espargaro dan Andrea Iannone. (Twitter/@motogp)

Mobimoto.com - Menjelang MotoGP 2020, tim pabrikan Aprilia datang secara kurang mantap. Sempat memboyong motor dengan mesin generasi terbaru, serta penampilan di sesi tes pramusim yang mengalami peningkatan drastis, mereka tak bisa bernafas lega karena terganjal oleh isu doping.

Salah satu pembalap mereka, Anrea Iannone sempat menerima sangsi larangan balapan lantaran ia disebut positif doping.

Penyelesaian kasus ini pun sangat berlarut-larut, menimbukan banyak ketidakpastian terhadap baik tim Aprilia maupun Andrea Iannone. Dan berikut lima fakta terkait perkembangan kasus tersebut.

Andrea Iannone. (Instagram/@andreaiannone)
Andrea Iannone. (Instagram/@andreaiannone)

1. Kena doping di Malaysia

FIM mengumumkan pada, Selasa (17/12/2019), bahwa Iannone dinyatakan positif menggunakan steroid berdasarkan hasil sampel urine-nya pada saat gelaran MotoGP Malaysia di Sepang, 3 November 2019 lalu.

Berdasarkan hasil pengecekan laboratorium Badan Anti-Doping Dunia (WADA) di Jerman, steroid yang terkandung dalam urine Andrea Iannone masuk dalam daftar zat terlarang.

2. Melewatkan beberapa sesi tes

Ia pun melewatkan seluruh sesi tes yang telah bergulir sepanjang 2020. Namun belum berakhir, ia juga terancam batal ikut sesi tes Qatar 22-24 Februari nanti.

3. Aprilia masih menaruh harapan

Terkait kasus tersebut, pihak Aprilia berujar bahwa mereka mendukung Iannone hingga pengumunan resmi FIM keluar.

"Saya punya kesempatan untuk mengobrol dengannya dan saya percaya dia, dia tak melakukan kesalahan." tutur Fausto Gresini, manajer tim Aprilia.

4. Hukuman 45 hari

Skors bagi Andrea Iannone berlaku mulai dari tanggal 17 Desember 2019.

Pihak FIM juga menyatakan bila rider berusia 30 tahun itu memiliki hak untuk pengecekan ulang dan menghadiri penelitian sampel B-nya.

5. Dalih kuasa hukum

Dengan dosis yang sangat kecil, pihak Iannone berargumen bahwa zat tersebut bisa saja masuk melalui makanan tanpa diketahui oleh Iannone.

"Analisis kalkulasi harus membuktikan adanya kandungan setara 1,15 nanogram per mililiter. Ia berada di Asia selama lebih dari sebulan dan tes dilakukan setelah balapan di mana kandungan urin tentu lebih pekat, yakni 1,024, itu bisa jadi karena adanya dehidrasi." ujar kuasa hukum Iannone Antonio De Rensis.

Berita Terkait

Berita Terkini