Mobimoto.com - Menjelang MotoGP 2020, tim pabrikan Aprilia datang secara kurang mantap. Sempat memboyong motor dengan mesin generasi terbaru, serta penampilan di sesi tes pramusim yang mengalami peningkatan drastis, mereka tak bisa bernafas lega karena terganjal oleh isu doping.
Salah satu pembalap mereka, Anrea Iannone sempat menerima sangsi larangan balapan lantaran ia disebut positif doping.
Baca Juga
Penampakan Truk - Truk Raksasa yang Ikut Mejeng di GIIAS 2022
Sederet Kendaraan Listrik Canggih yang Jadi Primadona di GIIAS 2022
Rangkul Generasi Muda, Yamaha Gelar Fazzio Youth Project Tingkat Nasional
GIIAS 2022: Asuka Luncurkan Head Unit Cerdas, Bisa Usir Virus dan Deteksi Karbon Dioksida di Kabin Mobil
Helm Anyar JPX Meluncur di GIIAS 2022, Harganya Rp 700 Ribuan
Penyelesaian kasus ini pun sangat berlarut-larut, menimbukan banyak ketidakpastian terhadap baik tim Aprilia maupun Andrea Iannone. Dan berikut lima fakta terkait perkembangan kasus tersebut.

1. Kena doping di Malaysia
FIM mengumumkan pada, Selasa (17/12/2019), bahwa Iannone dinyatakan positif menggunakan steroid berdasarkan hasil sampel urine-nya pada saat gelaran MotoGP Malaysia di Sepang, 3 November 2019 lalu.
Berdasarkan hasil pengecekan laboratorium Badan Anti-Doping Dunia (WADA) di Jerman, steroid yang terkandung dalam urine Andrea Iannone masuk dalam daftar zat terlarang.
2. Melewatkan beberapa sesi tes
Ia pun melewatkan seluruh sesi tes yang telah bergulir sepanjang 2020. Namun belum berakhir, ia juga terancam batal ikut sesi tes Qatar 22-24 Februari nanti.
3. Aprilia masih menaruh harapan
Terkait kasus tersebut, pihak Aprilia berujar bahwa mereka mendukung Iannone hingga pengumunan resmi FIM keluar.
"Saya punya kesempatan untuk mengobrol dengannya dan saya percaya dia, dia tak melakukan kesalahan." tutur Fausto Gresini, manajer tim Aprilia.
4. Hukuman 45 hari
Skors bagi Andrea Iannone berlaku mulai dari tanggal 17 Desember 2019.
Pihak FIM juga menyatakan bila rider berusia 30 tahun itu memiliki hak untuk pengecekan ulang dan menghadiri penelitian sampel B-nya.
5. Dalih kuasa hukum
Dengan dosis yang sangat kecil, pihak Iannone berargumen bahwa zat tersebut bisa saja masuk melalui makanan tanpa diketahui oleh Iannone.
"Analisis kalkulasi harus membuktikan adanya kandungan setara 1,15 nanogram per mililiter. Ia berada di Asia selama lebih dari sebulan dan tes dilakukan setelah balapan di mana kandungan urin tentu lebih pekat, yakni 1,024, itu bisa jadi karena adanya dehidrasi." ujar kuasa hukum Iannone Antonio De Rensis.