Mobil

10 Menit Bisa Lari Jauh, Ini Temuan Baru Tentang Baterai Kendaraan Elektrik

Temuan ini juga bisa diaplikasikan ke gawai.

Angga Roni Priambodo | Cesar Uji Tawakal

Ilustrasi Tesla Roadster. (PressFrom)
Ilustrasi Tesla Roadster. (PressFrom)

Mobimoto.com - Dibandingkan dengan kendaraan konvensional yang masih berbahan bakar minyak, masalah utama yang kerap dipersoalkan pada kendaraan elektrik adalah lamanya waktu pengisian ulang tenaga.

Senada dengan maraknya teknologi pengecasan gadget yang saat ini cuma memakan waktua sekejap, saat ini para ilmuwan tengah berjibaku untuk mencari 'resep' untuk membuat pengisian ulang tenaga pada kendaraan elektrik cuma memakan waktu singkat.

Dikutip dari Rideapart, perbedaan utama antara pengisian daya pada gadget dan kendaraan listrik adalah kapasitas baterai yang berbeda sangat jauh.

Namun berdasarkan penelitian yang dipublikasi bulan lalu oleh jurnal ilmiah 'Joule', mereka mempercayai bahwa lamanya isi ulang baterai kendaraan bisa diatasi.

Riset yang dilakukan oleh tim dari Penn State menyebutkan bahwa hal tersebut bisa dilakukan jika kendala utama pada baterai saat ini bisa disingkirkan.

Pengunjung mengamati mobil listrik dalam Indonesia Electric Motor Show 2019 di Balai Martini, Jakarta, Rabu (4/9). [Suara.com/Arya Manggala]
Pengunjung mengamati mobil listrik dalam Indonesia Electric Motor Show 2019 di Balai Martini, Jakarta, Rabu (4/9). [Suara.com/Arya Manggala]

Kendala tersebut adalah potensi beterai berbahan litium ion untuk meledak jika terpapar suhu ekstrem, membuat baterai tersebut tidak bisa menerima daya listrik tinggi.

Mereka pun memperkenalkan metode pengecasan asimetris (asymmetric charge) di mana mereka bisa mencegah munculnya dendrit.

Dendrit adalah penyebab terbakarnya baterai litium ion yang bisa disebabkan oleh banyak hal, misal pengecasan berlebihan, suhu panas dan lain-lain.

Mereka pun mengklaim bisa melakukan XFC (extreme fast charging) atau pengecasan ekstra cepat, membuat baterai kendaraan bisa menempuh 2000 mil dengan hanya 10 menit pengecasan.

Namun riset tersebut masih berada di tahap awal, membuat hal ini belum bisa diterapkan di kendaraan elektrik saat ini.

Berita Terkait

Berita Terkini