Mobil

Kementerian PUPR Gandeng 14 Perguruan Tinggi untuk Berkreasi dalam Pengembangan Kendaraan Listrik

Acara ini menjadi bentuk sosialisasi program pemerintah terkait kendaraan listrik, serta peningkatan pemahaman masyarakat terhadap teknologi jalan.

Cesar Uji Tawakal

Kementerian PUPR gandeng 14 perguruan tinggi untuk kembangkan kendaraan listrik. (Dok. PUPR)
Kementerian PUPR gandeng 14 perguruan tinggi untuk kembangkan kendaraan listrik. (Dok. PUPR)

Mobimoto.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) melalui Direktorat Jenderal Bina Marga menyelenggarakan ‘Ekshibisi Kendaraan Listrik dan Latihan Bersama Mobil Listrik Antar Perguruan Tinggi’ di Sirkuit Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan, Bandung selama dua hari (10-11 Desember 2022). Acara ini sekaligus untuk memperingati Hari Jalan Nasional yang jatuh pada 20 Desember 2022.

Acara tersebut bertujuan untuk mendukung industri kendaraan listrik Indonesia agar terus berkembang seiring perkembangan tren dunia menggunakan kendaraan dengan bahan bakar ramah lingkungan sekaligus mendukung lingkuncegan yang hijau dan operasional yang efisien.

Direktur Jenderal Bina Marga Hedy Rahadian mengatakan bahwa dengan adanya acara ini menjadi bentuk sosialisasi program pemerintah terkait kendaraan listrik, serta peningkatan pemahaman masyarakat terhadap teknologi jalan.

"Acara ini merupakan bentuk dukungan pemerintah terhadap tren kendaraan listrik saat ini. Selain itu, kami ingin memberikan tantangan bagi anak muda Indonesia untuk berinovasi mengembangkan teknologi kendaraan listrik agar penggunaannya makin dilirik oleh masyarakat umum," kata Direktur Jenderal Bina Marga Hedy Rahadian saat membuka acara ini pada Sabtu (10/12/2022).

Kementerian PUPR gandeng 14 perguruan tinggi untuk kembangkan kendaraan listrik. (Dok. PUPR)
Kementerian PUPR gandeng 14 perguruan tinggi untuk kembangkan kendaraan listrik. (Dok. PUPR)

Lebih lanjut Hedy menjelaskan program percepatan penggunaan kendaraan listrik adalah salah satu upaya pemerintah mengatasi pencemaran udara di Indonesia yang disebabkan oleh emisi karbon kendaraan, dan sebagai upaya untuk mengurangi subsidi BBM.

"Dengan membangun ekosistem kendaraan listrik, kita ingin jalan kita lebih sehat dan bebas polusi. Serta mengurangi subsidi BBM yang saat ini jumlahnya besar dan bersifat impor. Jadi, kita mengenalkan kultur kendaraan listrik ini agar bisa diterima oleh masyarakat dan menjaga lingkungan," kata Hedy.

Dalam acara ini, Kementerian PUPR mengandeng Perguruan Tinggi untuk ikut andil dalam program percepatan kendaraan listrik Nasional.

Total terdapat 14 perguruan tinggi di seluruh Indonesia di antaranya Politeknik Negeri Bandung, Telkom University, Politeknik Negeri Madura, Politeknik Negeri Semarang, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Politeknik Negeri Subang, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Politeknik TEDC Bandung, Universitas Bangka Belitung, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Pendidikan Indonesia.

"Saya berharap mereka bisa menjadi anak bangsa yang bisa mengembangkan kendaraan listrik di masa depan. Memang, ada tantangan yang perlu dilalui, seperti komponen pada kendaraan listrik masih impor dari luar negeri, tetapi semua itu masih bisa diatasi " tutur Hedy.

Oleh karenanya, Hedy melanjutkan, akan terus membuat acara terkait teknologi listrik agar para perguruan tinggi terpacu dalam perkembangan teknologi di masa depan.

"Nantinya, kami akan terus membuat acara seperti ini agar bisa mendukung perkembangan teknologi listrik di Tanah Air," imbuh Hedy.

Aspal ramah lingkungan

Kementerian PUPR gandeng 14 perguruan tinggi untuk kembangkan kendaraan listrik. (Dok. PUPR)
Kementerian PUPR gandeng 14 perguruan tinggi untuk kembangkan kendaraan listrik. (Dok. PUPR)

Tak hanya kendaraan yang ramah lingkungan, Kementerian PUPR juga mengenalkan teknologi lapisan pada lintasan yang ‘Go Green’.

Direktur Bina Teknik Jalan dan Jembatan Ditjen Bina Marga, Nyoman Suaryana menjelaskan bahwa lintasan yang digunakan pada acara ini menggunakan teknologi jalan yaitu aspal plastik, aspal PG70 polimer, aspal PG70 karet alam, campuran aspal porous, beton porous, dan timbunan ringan.

“Timbunan ringan merupakan salah satu lapisan pada sirkuit ini. Keunggulan lapisan itu mampu menyerap air dengan baik. Jadi, selain bisa digunakan pada sirkuit, lapisan itu bisa dipakai pula ke wilayah yang rawan banjir atau daerah yang memiliki kontur tanah lunak, seperti di Kalimantan,” tutur Nyoman.

Tak hanya itu, Nyoman menjelaskan lapisan lainnya adalah timbunan limbah dari PLN yang berupa fly ash dan bottom ash (FABA) untuk keperluan penimbunan tanah pada lintasan.

“Seperti yang kita ketahui, pembangkit listrik PLN menghasilkan limbah yang cukup besar. Walaupun demikian, ternyata limbah itu bisa kita manfaatkan sebagai timbunan atau pelapis pondasi dari lintasan ini dan itu sangat berguna sekali,” ujar Nyoman.

Selain itu, ada pula Aspal Buton (Asbuton). Nyoman menjelaskan bahwa jenis aspal ini berbentuk butiran yang memiliki mutu yang lebih baik dari aspal minyak.

“Untuk lintasan ini menggunakan Asbuton murni 100%. Jadi sama dengan aspal umumnya. Tinggal pakai. Lebih mudah dan bermutu,” tutur Nyoman.

 

Tantangan baru

Kementerian PUPR gandeng 14 perguruan tinggi untuk kembangkan kendaraan listrik. (Dok. PUPR)
Kementerian PUPR gandeng 14 perguruan tinggi untuk kembangkan kendaraan listrik. (Dok. PUPR)

Para peserta dari perguruan tinggi antusias dalam kegiatan ini bahkan tak jarang dari tim tersebut sudah mempersiapkan mobil listriknya dari jauh-jauh hari.

Salah satunya dari Universitas Bangka Belitung. Menurut Dosen Pembimbing Pengembangan Otomotif Universitas Bangka Belitung, Budi Santoso mengatakan bahwa para mahasiswa sudah mempersiapkan mobil listrik buatan mahasiswa kurang lebih 6 – 7 bulan.

“Kami sangat antusias dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh KemenPUPR. Waktu itu, kami mengetahui adanya lomba tersebut, akhirnya kami daftar dan mempersiapkan mobil listriknya,” ujar Budi.

Dalam pelaksanaannya, Budi mengajak 10 mahasiswa jurusan tehnik mobil untuk ikut merakit mobil listrik yang akan dilombakan. Namun demikian, ada sejumlah tantangan yang perlu hadapi, yaitu baterai.

“Ya, baterai menjadi tantangan tersendiri dalam perakitan mobil listrik. Pasalnya, harganya yang cukup mahal dan mungkin belum ada produsen dari dalam negeri,” tutur Budi.

Budi menjelaskan bahwa mobil rakitan mahasiswa Universitas Bangka Belitung dinamakan Tarsius. Sebuah nama yang diambil dari nama hewan khas dari Bangka Belitung.

“Kami menggunakan baterai dengan kapasitas 2500 Watt yang mampu digunakan 7 – 8 kilometer perjam atau sekitar 50Km,” imbuhnya.

Apresiasi IMI

Dalam kegiatan kali ini, KemenPUPR mengandeng Ikatan Motor Indonesia (IMI) dalam pembuatan lintasan balap pada acara tersebut.

Kabit Mobilitas IMI Jawa Barat, Uki Jutomo menjelaskan bahwa dengan adanya acara ini akan menggairahkan para pecinta otomotif khususnya kendaraan listrik untuk ikut andil dalam lomba tersebut.

“Dalam acara ini, IMI ikut andil dalam perancangan lintasan yang digunakan kali ini. Soalnya, IMI mengerti regulasi dalam lintasan balap. Dan ini menjadi olahraga baru yang akan disukai oleh masyarakat Indonesia,” tutur Uki.

Ia berharap, Kemen PUPR bisa menyelenggarakan acara ini setiap tahun dan mengajak perguruan tinggi lainnya untuk berkreasi dalam perkembangan kendaraan listrik. 

Berita Terkait

Berita Terkini