Mobil

Perang Harga Mobil Listrik China yang Dipicu BYD Mulai Berikan Dampak Negatif

Perang harga mobil listrik China

Manuel Jeghesta Nainggolan

BYD Seal Jadi Salah Satu Dari Jajaran Produk Mobil Listrik BYD yang Diboyong ke Indonesia. (Foto: SUARA.COM/Manuel Jeghesta)
BYD Seal Jadi Salah Satu Dari Jajaran Produk Mobil Listrik BYD yang Diboyong ke Indonesia. (Foto: SUARA.COM/Manuel Jeghesta)

Mobimoto.com - Perang harga mobil listrik di China yang dipimpin oleh pabrikan raksasa seperti BYD, kini mulai menunjukkan tanda-tanda kerugian signifikan.

Baik pemerintah China maupun BYD sendiri mengakui bahwa strategi harga agresif ini tidak lagi berkelanjutan dan berisiko menimbulkan dampak serius bagi industri.

"Ini persaingan yang sangat berat dan tidak bisa berkelanjutan," ujar Stella Li, Wakil Presiden Eksekutif BYD, seperti dikutip dari Carscoops pada Rabu (18 Juni 2025).

Harga mobil listrik di pasar domestik China saat ini berada pada titik terendah, memicu kekhawatiran di kalangan investor dan mendorong regulator untuk mengambil tindakan tegas.

Pemerintah China bahkan telah menggelar pertemuan dengan para eksekutif industri otomotif, mendesak penghentian strategi jual rugi dan pemangkasan harga yang agresif.

Regulator pasar China juga menyoroti perlunya pengaturan ulang yang justru merugikan pelaku industri itu sendiri.

Li memprediksi bahwa konsolidasi di antara produsen mobil besar di China mungkin akan terjadi dalam waktu dekat sebagai konsekuensi dari situasi ini. Dampak nyata dari perang harga ini sudah terlihat pada kapitalisasi pasar BYD yang merosot sekitar $22 miliar (sekitar Rp 358,6 triliun) dalam beberapa pekan terakhir.

Meskipun demikian, jika strategi ini berhasil menyingkirkan perusahaan kecil dari pasar, BYD diperkirakan akan terus memperluas pangsa pasarnya di tahun-tahun mendatang.

Ekspansi Global BYD Tetap Berlanjut di Tengah Tekanan Domestik

Di tengah gejolak harga di pasar domestik, BYD tetap gencar memperluas pangsa pasarnya secara internasional. Pada Mei lalu, penjualan BYD di Eropa bahkan melampaui Tesla, dengan lonjakan penjualan sebesar 169 persen dibandingkan April 2024.

Sementara itu, penjualan Tesla di kawasan yang sama justru anjlok hingga 49 persen. Ini menunjukkan bahwa, meskipun ada perang harga di China, strategi BYD masih cukup efektif dalam memasarkan produk mereka di luar pasar domestik.

Berita Terkait

Berita Terkini